Thursday, June 14, 2007

Dengan Bajai menuju SETWAPRES (Bagian 1)


Setwapres telah menyetujui penempatan 5 (lima) orang siswa SMK TI Airlangga untuk melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) 2007/2008 di lingkungan Sekretariat Wakil Presiden yang akan dimulai dari tanggal 7 Januari sampai dengan 7 Mei 2008. Bagaimana kisah perjalanannya ..... simak penuturan berikut ini.


Suatu pagi Saya, Pak Malik dan Bu Ati terlibat diskusi ringan di ruang guru lantai 2, Pak Malik melontarkan gagasan ... bagaimana jika kita mencoba untuk Prakerin di Setwapres. Kamipun sepakat untuk menindaklanjuti, kebetulan Saya akan ke Jakarta beberapa hari ke depan. Tanpa membuang waktu Pak Malik menyiapkan surat permohonan lengkap dengan profile sekolah.

Perjalanan Saya ke Jakarta dimulai pada Kamis 16 Mei 2007, perjalanan kali ini cukup unik. Padi itu Saya harus bangun pukul 02.30 dini hari karena flight pertama Garuda ke Jakarta pukul 06.00, praktis malam itu Saya tidak bisa tidur pulas karena selalu terjaga, takut terlambat.

Ditemani istri, Saya menyantap "makan sahur" sebelum mobil jemputan datang. Sekitar pukul 02.30 mobil jemputan perlahan hilir mudik di depan rumah, dengan telp genggam Saya hubungi Pak Sopir. Pak ..... stop!!!, jangan terus, rumah Saya tepat disisi kanan Bapak. Kebetulan ruang makan dirumah kami terdapat jendela yang leluasa memandang ke arah luar.

Anak-anak masih tertidur pulas saat Saya berangkat meninggalkan rumah. Selama perjalanan Samarinda Balikpapan kantuk berat menyerang dan pulaslah Saya hingga bandara Sepinggan. Saya check in sangat awal, hanya ada 2 orang di depan Saya. Petugas bertanya .... Bapak mau duduk dimana, ..... Saya minta tidak merokok dan tidak di jendela. Seperti dalam perjalanan sebelum-sebelumnya terpenting Saya ada di sisi jalan, karena ngak pusing ngeliatin awan, kalau disisi jalan pemandangannya lebih "menarik" heeeee ......... karena kita dapat mencium aroma parfum "terkini" yang dipakai para pramugari, heeee ..... jadi ngak repot kalau mau pilih parfum keluaran terbaru.

Saat mencari tempat duduk Saya langsung saja ke arah belakang, ya seperti biasa ..... ternyata sudah pada ditempati orang. Sayapun bertanya ke pramugari (kacamata ada di dalam tas), dengan ramah dia bilang Bapak duduknya di depan (kelas executive), Saya ya manut saja .... sambil heran, kok bisa ya ...? harap-harap cemas jangan-jangan nanti digeser orang. Ternyata memang ... itu kursi Saya.

Sesampainya di Cengkareng Saya memilih naik Bis Damri menuju stasiun Gambir (heee ....), tapi jangan salah, ternyata para executive muda juga memilih angkutan yang sama (mereka ngak gengsi, enjoy aja). Tiba di Gambir masih pukul 11.30 WIB, saat itu hujan deras, bukan main begitu banyak para sopir yang menawarkan angkutan kepada setiap penumpang yang turun dari bis tidak terkecuali calo ticket kereta api dan sopir bajai.

Ditengah hujan lebat Saya lari berteduh, ditengah kerumunan pemberi jasa transportasi dari kejauhan tampat seorang kakek tua berjalan berlahan, kira-kira usianya 60 tahun. Saya tergerak untuk memperhatikannya. Sempat terbetik dalam hati Saya ... apakah beliau akan meminta-minta, ternyata "tidak". Beliau bilang ..... nak pakai bajai Saya saja ... itu ada disana. Kontan yang lain bilang ... jangan Om ... bajainya jelek, tua .... pakai punya Saya saja ... baru om ..., memang sebagian besar bajai di Jakarta telah melakukan "metamorfosis" menjadi kancil (pengganti bajai).

Akhirnya Saya putuskan memakai bajai beliau, Pask Kasno asal Purwokerto ... yang telah berpuluh tahun meninggalkan keluarga untuk mangadu nasib ditengah hiruk pikuk kota metropolitan, yang secara disiplin telah menyisihkan sebagian kecil penghasilannya untuk dikirim kekampung halaman. Saat itu Saya boleh bangga .... Saya boleh "malu" karena naik bajai ... tetapi di mata Pak Kasno ... jelas terpancar rasa syukur, bahwa masih ada orang yang tidak rela menyisihkan uangnya untuk membayar taxi meter, heeee ..... bayangkan jika tidak lagi ada yang perduli dengan mereka ... semua pengennya naik mobil ber AC .... , dan sempat terucap dari bibirnya ketika Saya bertanya kenapa ngak ganti kancil ..... lha gimana ya nak ... jika Bapak kudu bayar cicilan ... sementara sak'iki wae golek penumpang angil banget. (bersambung)

No comments: