Thursday, July 3, 2008

Kelas Akselerasi dan Kehidupan Sosial Anak

Kelas akselerasi atau percepatan belajar tidak menjamin pemenuhan kebutuhan dan hak anak dalam pendidikan. Sekalipun dalam aspek kognitif peserta akselerasi maju pesat, kehidupan sosial anak jauh berkurang.

Anak pertama Saya Bhima Wicaksana Sigalayan adalah termasuk salah satu siswa akselerasi di SMPN 1 Samarinda (lulus tahun ini 2007/2008) dan meskipun diterima di SMAN 1 melalui program khusus tetapi anak Saya mengaku enggan jika harus ikut kembali program akselerasi seperti yang dijalaninya selama duduk di bangku SMP.

"Kakak tidak ingin lulus terlalu muda. Masih ingin bergaul dengan teman-teman sebaya dan menikmati masa sekolah," kakak ingin enjoy, main sama temen-temen, ngak melulu ngerjain PR dan belajar-belajar terusssss, katanya polos. Dulu, waktu menjalani akselerasi di SMP, dia masih harus mengikuti berbagai tambahan pelajaran baik Bimbel di Sekolah maupun Bimbel di lembaga pendidikan Airlangga disamping masih juga les privat Matematika di rumah dan Bahasa Inggris di salah satu Lembaga Kursus di Samarinda.

Permasalahan sosialisasi antara kelas reguler dan akselerasi sulit dihindari. Saya sempat kaget ketika putra Saya Bhima cerita kalau teman-temannya di kelas reguler (saat SMP) mengatakan bahwa kelas akselerasinya tidak diakui sebagai satu angkatan dengan murid yang masuk bersamaan ke sekolah itu hanya karena waktu lulusnya berbeda, atau sebaliknya siswa kelas 3 masih menganggap mereka baru kelas 2. Hal itu karena waktu belajar yang umumnya ditempuh tiga tahun, di kelas akselerasi dengan pemadatan materi menjadi dipercepat dan hanya berlangsung dua tahun. Sebagian guru mereka atau hampir semua guru kelas akselerasi mengatakan bahwa anak-anak kelas aksel sangat berbeda dengan anak-anak kelas reguler bahkan cenderung aneh. Mereka sangat jarang yang mau bergabung ramai-ramai dengan kelas reguler, mereka cenderung menyendiri dengan temen-teman sekelasnya, sebenarnya tidak juga merasa "eksklusif" tetapi barangkali mereka merasa sepenanggungan dalam menerima "beban" akselerasi.

Sementara anak Saya berpendapat, sebetulnya kakak dan teman-teman aksel biasa saja. Seperti juga anak- anak lain, tak selalu serius dan ada bercandanya yang juga kadan canda yang berlebihan. Terkadang ada pandangan, kami ini luar biasa pintar dan (mereka) jadi segan atau kagum," katanya.

Tidak banyak rekan seangkatan kelas akselerasi Bhima yang melanjutkan ke program percepatan lagi. Dari 21 teman seangkatannya, yang berencana masuk kembali masuk kelas akselerasi di SMA hanya satu orang.

Pemadatan materi di kelas akselerasi menuntut peserta akselerasi harus tetap stabil dalam mengikuti pelajaran. Ini membuat sejumlah peserta kesulitan untuk mengikuti kegiatan di luar kelas, seperti ekstrakurikuler. Namun ada juga teman seangkatan Bhima yang juga aktif ikut ekskul termasuk Bhima, mereka nyantai aja, kamis sore, jum'at sore dan Sabtu ikut ekskul basket meskipun tidak jarang jika hari Sabtu mereka juga harus belajar atau melakukan remedial pelajaran. Kegiatan di luar akademis ini dapat menjadi wadah bagi murid bersosialisasi dengan rekan sebayanya.

Menurut berbagai sumber peserta kelas akselerasi di SMA katanya jauh lebih mudah untuk masuk perguruan tinggi negeri, tanpa tes, atau bahkan mendatangkan tawaran beasiswa dari luar negeri. Tetapi anak Saya berencana masuk di Kelas Unggulan. Semoga kesempatan yang sama juga diperoleh di kelas unggulan sebagaiamana kesempatan dan kemudahan yang diperoleh kelas akselerasi.


7 comments:

karta said...

mas, numpang komen ya...

saya siswa akeselerasi di SMPN 5 Bandung, tapi saya justru seneng berada di kelas akselerasi.. kenapa? karena di kelas akselerasi ini, saya dipertemukan dengan orang" yang unik, sepemikiran dengan saya, intelek, tapi jangan salah, kita gini" masih sering banget maen ko'... sering ada yg bawa laptop atau psp ke kelas, trus maen deh seharian kalo g ada guru... intinya dibawa enjoy aja... kaya'nya klo di sini g ada yg ngerasa terbebani, karena semua ini sudah sesuai dengan kapasitas masing"... saya justru jauh lebih senang di kelas akselerasi daripada di kelas reguler...

annisa said...

mas, ngomen juga yaa!
Saya lulusan akselerasi SMA 1 payakumbuh, Sumbar.

memang benar, kadangkala ada kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekolah. entah itu dengan teman seangkatan waktu masuk, atau teman seangkatan waktu lulusan.

tambah lagi perlakuan sekolah yang bisa dibilang 'mengistimewakan' siswa aksel.
belajar abis-abisan, ekskul di 'blokir'

ouugghhhh !!

Arafani Putri said...

saya siswa kelas aksel dari SMAI PB. Soedirman 2 Bekasi

Jujur, mengalami kesulitan bersosialiasi dgn lingkungan, bahkan dengan teman seperjuang sendiri

sigalayan said...

Terimakasih atas komentarnya, tetap berusaha untuk menjadi yang terbaik

Unknown said...

Saya siswa aksel yang cenderung menjauhi anak" RSBI karna merka selalu sok" pinter walau pun merka seperti itu tapi anak" aksel justru berpikiran bahwa sayalah yang pintar itu

Unknown said...

Ikutan komen ya.
Saya alumni siswa akselerasi dari SMPN 1 Sumedang, dan saya sangat senang bisa berada di kelas aksel. Mungkin, untuk kehidupan sosial banyak yang seperti disebukn diatas, tapi itu trgantung kita menyikapinya seperti apa. Bahkan banyak tman2 saya yang justru stlh msuk di kls aksel malah makin eksis dan akrab dgn kelas reguler

Anonymous said...

LOL.
saya masih berada di kelas aksel nih. (2011/2013)
Saya gak sibuk-sibuk amat, saya malah sering Males-Malesan di kamar, atau jalan-jalan, hahaha...