Saat ini (April-Mei 2010) kota dimana Saya tinggal terserang wabah Difteri (DPT) dan masuk dalam kasus KLB (Kejadian Luar Biasa) Penyakit Difteri. Pemerintah Daerah telah pula menginstruksikan untuk dilakukan vaksin DPT (Usia 5 bulan s.d 15 tahun) pada kantong-kantong positif Dipteri. Termasuk daerah tempat kami tinggal. Instruksinya adalah Intramuscular Injection yang jika diterjemahkan secara sederhana dalam bahasa indonesia adalah injeksi obat secara langsung ke dalam otot. Dibagian akhir informasi ini akan Saya sampaikan bagaimana vaksinasi ini dilakukan pada penderita Hemofilia.
Sebelumnya mari kita cari tahu terlebih dahulu apakah penyakit Difteri itu. Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae (C. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas mukosa saluran pernapasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernapasan.
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan dari kulit, saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri. Tingkat kematian akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan kematian biasanya terjadi dalam masa tiga hingga empat hari.
Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.
Bagaimana Vaksin DPT dilakukan pada penderita Hemofilia ?
Beberapa referensi Saya dapatkan melalui SMS (Short Message Service) dan telphone lansung terkait anak Saya Satria Dananjaya Sigalayan (13 tahun, hemofilia F-VIII Kadar Faktor 0% ) yang masuk daftar untuk divaksinasi DPT.
Berikut Rekomendasinya :
Prof. Dr. Djayadiman Gatot, Sp.A(K) (RSCM, Jakarta) :
Suntiknya dengan jarum kecil dan dalam lalu kompres es kurang lebih 5 - 10 menit.
Dr. Pudjo Hagung Wijayanto (Kepala Sub Bagian Hematologi Onkologi Anak RSUP Dr Sardjito, Yogjakarta) :
Diharapkan vaksinasi DPT saat bayi dapat berikan proteksi. Jika perlu injeksi beritahu dokter tentang hemofilia yang diderita, bisa ganti secara intravena atau beri koate 20 menit sebelum suntik ke otot dalam. Semoga semua aman dan selamat.
Dr. Hendra, Sp.A (Poli Anak RSUD. AW. Syahrani Samarinda) :
Sejauh penderita hemofilia terkontrol dengan baik jangan khawatir, lakukan saja kemudian kompres dengan es.
Dr. Yanto Wijaya (RSUD. AW. Syahrani Samarinda) :
Vaksin DPT untuk penderita hemofilia tidak masalah, biasanya akan bengkak setelah vaksin. Biar aman masuk koate saja dulu.
Alhamdullilah, Vaksin DPT untuk Satria berjalan lancar. Pemberian koate terakhir (600 iu) satu minggu sebelum di vaksin saat selangkangan kaki kiri sakit. Setelah vaksin dilakukan kompres es 10 menit. Alhamdullilah tidak ada bengkak. Bulan depan akan diulang lagi untuk program booster DPT.
Demikian pengalaman yang dapat kami bagi, semoga dapat memberikan bermanfaat.
Sunday, May 9, 2010
Vaksin Difteri (Dpt) Bagi Penderita Hemofilia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment